Caci adalah Tari Perang sekaligus Permainan Rakyat antara sepasang penari laki-laki yang bertarung dengan Cambuk(larik) dan Perisai(ngiling) di Manggarai,Flores NTT. Penari yang bersenjatakan cambuk (larik) bertindak sebagai penyerang dan seorang lainnya bertahan dengan menggunakan perisai (ngiling). Tari ini dimainkan saat syukuran musim panen (hang woja) dan ritual tahun baru (penti) , upacara pembukaan lahan atau upacara adat besar lainnya, serta dipentaskan untuk menyambut tamu penting.
Seorang laki-laki yang berperan sebagai
pemukul (disebut paki)
berusaha memecut lawan dengan pecut yang dibuat dari kulit kerbau yang dikeringkan. Pegangan pecut juga
dibuat dari lilitan kulit kerbau. Di ujung pecut dipasang kulit kerbau tipis
dan sudah kering dan keras yang disebut lempa atau lidi
enau yang masih hijau (disebut pori). Laki-laki yang berperan
sebagai penangkis (disebutta’ang), menangkis lecutan pecut lawan dengan
perisai yang disebut nggiling dan busur dari bambu berjalin rotan yang disebut agangatau tereng. Perisai berbentuk bundar, berlapis kulit kerbau yang
sudah dikeringkan. Perisai dipegang dengan sebelah tangan, sementara sebelah tangan
lainnya memegang busur penangkis.